Friday, September 2, 2011

JANGAN Merendahkan Diri terhadap Uang

Sesungguhnya telah datang kepada kita beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan dari kekafiran, dan itulah suatu hikmah yang sempurna.
Saya sering dianggap sombong oleh teman-teman saya karena saya selalu mengatakan bahwa saya “Tidak akan pernah mau hidup di dunia untuk mencari uang”. Jadi saya tidak pernah mencari uang, saya menulis, mungkin saya bikin puisi, mungkin kadang-kadang saya bermain musik, mungkin kadang-kadang saya melakukan apapun yang diminta masyarakat. Tapi Saya Tidak akan pernah melakukan apapun di dunia ini untuk mencari uang, Artinya; Uang harus hanya menjadi efek moral dari sebuah pekerjaan.
Kalau anda nyetir, nyopir bis, itu meskipun anda ndak nyari uang anda dapat bayaran. Maksud saya Anda tidak perlu menjadi makhluk yang merendahkan dirinya dengan mengejar-ngejar makhluk lain

Thursday, September 1, 2011

Bayarlah Upah Buruhmu Sebelum Keringatnya Kering

Jono adalah seorang karyawan bawahan di sebuah perusahaan sedang bersemangat ikut dalam sebuah training menjadi enterpreuner yang diikuti semua karyawan. Pembicara dalam training tersebut memang seorang enterpreuner yang telah sukses memiliki beberapa perusahaan besar tapi juga seorang yang taat dengan aturan-aturan agamanya yakni seorang Muslim.

Kemudian tibalah sang pembicara training tersebut membahas mengenai hak karyawan dan kewajiban seorang pengusaha dalam upah sambil berjalan-jalan di depan peserta seminar.

Pembicara : "Bayarlah upah buruhmu sebelum keringatnya kering. Memang kalimat tersebut sangat bermakna sekali dalam kehidupan berbisnis."

Jono kemudian mendalami apa yang pernah di alaminya sebagai karyawan tentang pemberian upah yang mulai terlambat. Kemudian Jono bertanya dengan mengacungkan tangannya agar terlihat oleh pembicara seminar,

"Akhir-akhir ini upah yang saya terima sering terlambat. Apakah hal ini di karenakan ruangan tempat kerja saya yang ber-AC? Dingin banget, Pak, sampai-sampai keringat saya tidak pernah keluar..."

Alhamdulillah

Sari al-Suqthi, seorang ulama ahli ilmu tauhid yang sangat wara’ berkata, “Sudah tiga puluh tahun lamanya aku selalu membaca istighfar, dan baru sekali ini aku membaca alhamdulillah.”
“Bagaimana ceritanya?” tanya seorang sahabatnya.
“Pada waktu terjadi peristiwa kebakaran di pasar Baghdad, seseorang dengan tergopoh-gopoh datang menemuiku seraya memberitahukan bahwa kedaiku selamat. Spontan aku berucap ‘Alhamdulillah!’ Tetapi, lantas aku menyesal, karena mensyukuri keberuntunganku sendiri di atas penderitaan orang banyak.”jawabnya.
Sumber: Al-Wafi bi al-Wafyat, al- Shafadi

Perintah dan Ajakan

Kata amar yang berasal dari bahasa Arab sama artinya dengan perintah. Perintah ialah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu. Baik dalam kata amar maupun padanannya (perintah), kita merasakan adanya nuansa paksaan atau keharusan. Berbeda dengan ajakan yang ‘hanya’ berarti undangan; anjuran, atau permintaan supaya berbuat.

Ajakan lebih menyiratkan kelembutan. Sering kali, bahkan bernuansa ‘merayu’ seperti yang sering diperlihatkan suami terhadap isteri yang dicintainya atau sebaliknya. Tapi, banyak juga yang mengacaukan antara ajakan dan perintah sebagaimana yang sering dilakukan oleh kebanyakan calo terminal.

Di terminal, kita banyak menjumpai calo-calo yang menawarkan ‘busnya’ kepada calon-calon penumpang. Umumnya, dengan menyampaikan kelebihan dan keistimewaan bus yang ditawarkannya. Tapi, ada saja calo yang begitu bersemangat, sehingga kesannya bukan mengajak, tapi memaksa.

Berbicara tentang perintah dan ajakan, kita teringat kepada dua istilah yang sangat populer di kalangan kaum muslimin; yaitu dakwah dan amar makruf nahi munkar. Selama ini, umum menganggap kedua istilah itu sama. Padahal, minimal dari segi pengertian bahasa, keduanya berbeda seperti halnya perintah dan ajakan tadi.

Di dalam al-Quran sendiri, kedua istilah itu sering digunakan. Kita pisahkan dulu istilah dakwah yang digunakan dengan pengertian doa dan menyeru yang juga banyak digunakan dalam al-Quran. Karena kita hanya sedang membicarakan dakwah-atau dalam bahasa Indonesia, dakwah-yang berarti ajakan dan sering disamakan dengan amar makruf nahi munkar.

Rekor Masuk Neraka

Andaikan makhluk yang bernama fatwa sudah sejak dulu menemani bangsa Indonesia, tentu masyarakat kita menjadi terbiasa bergaul dengannya sehingga tidak mudah uring-uringan seperti yang hari-hari ini terjadi.

Misalnya pada awal 1900-an kaum ulama melontarkan fatwa bahwa Kebangkitan Nasional bangsa Indonesia itu wajib hukumnya (sehingga tidak bangkit itu haram hukumnya). Demikian juga mempersatukan seluruh pemuda Indonesia itu fardhu kifayah( semua orang tidak bersalah asal ada sebagian yang menjalankannya).

Sumpah Pemuda itu fardhu ‘ain, kewajiban bagi setiap orang,

Kira-kira Tuhan Pilih Yang Mana?

Kira-kira Tuhan suka yang mana dari tiga orang ini?.

Pertama, orang yang shalat lima waktu, membaca al-quran, membangun masjid, tapi korupsi uang negara.

Kedua, orang yang tiap hari berdakwah, shalat, hapal al-quran, menganjurkan hidup sederhana, tapi dia sendiri kaya-raya, pelit, dan mengobarkan semangat permusuhan.

Ketiga, orang yang tidak shalat, tidak membaca al-quran, tapi suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang?”

Kalau saya,memilih orang yang ketiga. Kalau korupsi uang negara, itu namanya membangun neraka, bukan membangun masjid. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya bukan membaca al-quran, tapi menginjak-injaknya. Kalau korupsi uang rakyat, itu namanya tidak sembahyang, tapi menginjak Tuhan. Sedang orang yang suka beramal, tidak korupsi, dan penuh kasih sayang, itulah orang yang sesungguhnya sembahyang dan membaca al-quran.
Ditulis Oleh: Muhammad Ainun Nadjib

Merendahkan Diri

Pekerjaan malaikat itu cuma satu, yakni ya’malu ma yu’marun, mengerjakan apa yang diperintahkan oleh Allah kepadanya. Karena itu, malaikat suci bukan buatan. Bahkan mereka hanya memiliki kesucian. Tapi kenapa mahluk manusia ditentukan oleh Allah lebih tinggi daripada malaikat? Kenapa para mahluk suci itu harus sujud kepada Adam?. Tentulah karena manusia diberi tangan kemungkinan, diberi peluang untuk memperjuangkan diri menuju puncak kapasitasnya – dihadapan Allah – yang lebih sophisticated dibanding malaikat. Apalagi dibanding iblis.

Tetapi salah satu nilai kemanusiaan yang sering kita anggap luhur adalah merendahkan diri. Betul-betul merendahkan diri. Kalau kita melakukan keburukan kita bilang, “Lho, saya kan bukan malaikat”. Padahal kita bisa lebih tinggi derajatnya dari malaikat.. padahal merendahkan diri tidaklah sama dengan tawadhu. (Buku Secangkir Kopi Jon Parkiri)

km3

km3